
CINTA SEPAHIT DAN SEMANIS KOPI
Gadis tinggi langsing, kulit putih dan rambut hitam terurai lurus panjang dengan bibir sexy dan tiap tersenyum akan membuat mata setiap lelaki akan tertuju padanya, yah itu lah aku. Sayangnya itu hanya angan-angan ku saja, harapan ku ketika aku dilahirkan didunia ini. Dari gambaran yang begitu sempurna hanya satu yang menjadi kenyataan, yah hanya rambut panjang ku saja dan mana mungkin hanya dengan ini bisa menggambarkan kecantikan ku. Satu-satunya orang yang mengatakan bahwa aku cantik hanya ibu ku saja, itu pun ketika aku masik kanak-kanak. Haaah tak apalah kurasa akan percuma mengeluh, setidaknya meskipun aku tak secantik gambaran ku itu aku masih tahu bagaimana caranya tersenyum jadinya aku tak sulit mendapat banyak teman. Point yang wajib disyukuri.
Sore ini seperti biasa yang aku lakukan tiap pulang kerja adalah nongkrong di kedai coffee Lanti, dulu aku sempat bertanya-tanya kenapa kedai kopi ini Lanti namanya begitu aneh ditelinga. Hmm ternyata itu gabungan pendirinya “Lani dan Tian”, mungkin jaman sekarang sangat mudah memberikan nama yah tinggal menggabung-gabungkan saja tak perlu susah susah mencari makna dalam sebuah nama seperti orang-orang Jawa pada umumnya. Ach kembali pada Lani dan Tian, sebenarnya mereka hanya sepasang kekasih yang tak jelas kapan akan menikah meskipun umur pacaran mereka terbilang cukup lama. Mereka membuka kedai ini sekitar 3 tahun yang lalu bisa kita tebak begitu lamanya mereka menjalin hubungan itu, apa mungkin hubungan mereka atas dasar bisnis ini yah? Hmm entahlah. Aku cukup akrab dan kenal baik dengan mereka berdua, biasa mereka sangat hafal dengan pelanggan setianya. Aku adalah salah satu pelanggan setia mereka, aku juga tidak tahu kenapa aku tidak bosan minum kopi di kedai ini mungkin karena suasananya, mungkin karena aneka kopi meraka, atau mungkin karena tempat ini sering dikunjungi banyak cowok-cowok?!. Bagaimana pun juga aku cewek normal dan diumurku yang semakin matang tiap harinya aku juga butuh pendamping.
“whoey, nglamun aja Pho! Hari ini pesan apa?” yah ini dia Lani salah satu pemilik kedai yang super cerewet tapi fashionable dia tipe wanita yang mudah untuk dicintai tiap laki-laki tapi tak tahu kenapa dia begitu setia dengan Tian yang gayanya acak-acakan itu. “Hai, hari ini mampir kesini lagi? Takut kecolongan kah?” “yeeh sialan enak aja, bukanlah Cuma aku dah janjian sama Tian buat bahas pembukaan cabang kedai ini!” “wah hebat donk dah mau buka cabang lagi. Huuuh kalian benar-benar kaya” “kaya kepala mu, gak seenak bayangan mu lah Pho. Hari ini pesan apa? Dah coba menu kopi cream baru kami?” “udah, aku gak terlalu suka taste nya makanya aku ganti late aja” “haah, apa gak enak rasanya?” “gak juga hanya terlalu manis, aku gak suka” “gitu yah, oke nanti aku akan eksperimen lagi. Ngomong-ngomong knapa tiap kesini kau selalu sendiri Pho?” “yaelah kau nyindir atau gimana sih mbak?” “hehehehe,, bukan gitu maksudku. Teman-teman mw kenapa gak kau ajak nongkrong juga” “pernah kok kadang-kadang situ aja yang gak tahu, Cuma kalau sore kayak gini aku lebih suka sendiri. Biasa ngilangin strees masalah kerjaan” “hahahahaha,, gitu yah kalau jadi pegawai. Sabar aja deh! Ah itu Tian datang, sayang disini…”. Huuucft kadang kalau lihat mereka pacaran aku pikir sedikit norak atau kekanak-kanakan yah gaya pacaran mereka seperti anak SMA aja, hehehehe tapi mungkin itu yang membuat mereka awet pacarannya. “hai sory aku telat,, Pho kau disini juga?” “yah,, harusnya tak perlu terkejut seperti itu! Kayak aneh aja” “hehehe,, maaf. Oke cinta kita ngobrol dikantor aja yuk” “iya sayang”. “huuuh norak banget sih kalian ini..!!” “hahahaha,, iri ya Pho? Makanya cepet cari pacar donk..! ya udah ayo cinta”. Romantic sekali melihat mereka pergi dengan bergandengan tangan seperti itu, kira-kira kisah cintaku selanjutnya akan seromantis apa yah..?.
Aku meninggalkan kedai ini sekitar pukul 7 malam, yah cukuplah 2 jam hanya duduk-duduk memandangi orang lalu lalang dan juga meratapi nasib. Aku menuju kasir untuk membayar “whoey bos nih duitnya…” “Pho hari ini gratis, udah dibayar” “heh serius? Wah tahu gitu aku pesen yang paling mahal tadi” “hahahaha,, kau ini! Besok kesini lagi? Mau aku pesankan tempat itu lagi?” “ya lah seperti biasa disinggasanah ku, oke aku pulang sampaikan terimakasihku pada bos mu!”. Mujur sekali hari ini kopiku gratis, tanggal tua seperti ini memang perlu sedikit pengiritan. Hah aku ingin segera berendam di air hangat, hari ini kerjaan menumpuk gara-gara tender baru dengan partner perusahaan yang cukup rewel bikin penat bahkan kopi kesukaan ku gak dapat ngusir penat ini yah semoga besok kerjaan sedikit berkurang. Harusnya perusahaan sedikit memikirkan kesehatan karyawannya kalau banyak karyawan yang terus-terusan merasa penat dan lelah bisa-bisa strees nantinya, semoga aku tidak sampai strees bahaya donk kalau aku strees aku kan belum merasakan nikmat surga dunia, hehehehehe. Nglantur dari tadi akhirnya sampai rumah deh, oke langsung berendam ach…
Esok hari di kantor semua pada sibuk tapi sibuk hari ini gak seperti biasanya, aneh. “Rin ada apa sih kok ribut banget?” “ribut kepale lo.. Pho apa kamu gak dengerin dirapat kemaren?” aku menggelengkan kepala dengan sok imutnya. “hah kau ini, hari ini pimpinan baru kita datang” “terus?” “hah Pho kau ini gimana sih, apa kamu gak denger gossip yang berkembang dikalangan karyawan?” “nggak..!” “huuucft, denger ya. Pimpinan baru kita ini katanya jahat, terlalu perfect dan semaunya sendiri. Aku rasa dia laki-laki tua dengan mata merah melotot dan rambut botak…” “huwahahahaha,, orang dengan gambaran seperti itu bukan jahat malah lucu Rin!” “sssttt,, Pho jangan tertawa keras-keras! Semua karyawan sedang berbenah” “untuk apa?” “hah kau ini memang lugu apa bodoh si Pho? Yah tentu saja untuk menyambut pimpinan baru!” “ku rasa kita tidak perlu lebay gitu toh dia gak akan melirik bawahan kayak kita. Udah ah aku mau langsung cek kerjaan, selamat berbenah sayang….” “Pho,, dasar kau ini..!!”. huuh aneh-aneh saja tingkah para karyawan ini, apa ini tanda-tanda strees ya… hiii jangan sampek. Oke dari pada aku mikirin bos baru yang gak jelas ini, mending aku selesaikan laporan untuk tender baru itu.
Gak kerasa udah jam makan siang aja, yah laporan yang harus aku selesaikan memang cukup banyak sampai sampai aku gak denger kalau bos baru udah datang. Aku pergi makan siang ditempat biasanya makan dengan teman-teman kantor tapi hari ini berbeda karena aku ditinggal mereka, huuh gitu dah kalau urusan perut melanda jadi lupa temen. Hei rame banget warung makan ini kulihat Ririn teman kantorku sudah duduk rapi dengan yang lainnya, “hei knapa kalian ninggalin aku..” “Pho… aduwh ayo cepet duduk” “tapi aku…” “udah ayo cepat nanti ketinggalan berita!!”. Ririn memaksaku untuk duduk disebelahnya, Nampak teman-teman dengan serius bercerita yah dengan mudah kutebak pasti mereka lagi ngomongin bos baru itu!. “udah ach aku mau pesen dulu” aku sangat tidak tertarik dengan gossip dikantor, adakah didunia ini yang terbebas dari gossip? Ku rasa gak ada, tiap detik penuh dengan gossip gak jelas. Dari pada bergossip bukannya lebih enak nyelesein kerjaan, itung-itung biar cepet pulang juga.
“eh bos baru kita ternyata cakep banget yah?” “iya, sangat keren dan kelihatan cowok banget” “iya tapi sayang nya dia gak murah senyum, sedikit ketus” “yah mungkin untuk menjaga wibawa” “blab la blab la….”, astaga satu warung membicarakan orang itu ternyata. “Pho kenapa tadi tidak ikutan?” “hah? Kemana Rin?” “yah lihat kedatangan bos baru itu” “aku sibuk, laporan yang harus diselesaikan banyak” “duwh gaya banget! Inget bos baru itu yang nantinya kasih kamu kerjaan juga” “tunggu dulu, bukannnya tadi kamu gak suka dengan bos itu?” “tadi iya, sekarang setelah lihat orangnya aku cabut kata-kata ku tadi” kulihat Ririn tersenyum-senyum seperti mengagumi sang idola, haah dasar Ririn paling tidak bisa lihat cowok ganteng. Tapi hal ini buat aku penasaran juga, emangnya seganteng apa sih bos baru itu?!.
Makan siang hari ini tak senikmat biasanya, yah mungkin karena ditambah bumbu gossip itu tadi. Aku segera menghabiskan makan siang dan ingin cepat-cepat kembali kekantor karena laporan masik menunggu ku untuk kuselesaikan. “temen-temen duluan ya..” “yah Pho kok duluan sih, sini dulu lah ngobrol” “aku ingin tapi tahu sendiri banyaknya tugasku” “hmmm bener juga sih, oke deh. Kalo butuh bantuan bilang aku aja” “thank’s Rin. Yuk duluan semua”. Huuucft akhirnya aku bisa keluar dari tempat itu juga, kenikmatan makan siangku terganggu gara-gara bos baru itu. Jadi pengen mampir ngopi dulu, oke deh aku pergi ke kedai aja toh jam makan siang blom berakhir. “Lho Pho tumben….?” “hah kau ini bukannya senang kok malah heran sih bos?” “habis gak biasanya sih, oke-oke mau minum apa?” “cappucinno, aku tunggu ditempatku biasanya” “tapi Pho….”, dengan segera aku menuju tempat biasanya aku duduk tanpa perdulikan omongan si bos. Oh ya bos adalah pelayan dikedai ini, sebenarnya namanya adalah Pepeng tapi aku biasanya memanggilnya bos. Hei siapa itu? Tempatku sudah dipesan orang, dengan segera aku kembali menemui bos “Bos itu siapa? Kok brani sekali menempati tempatku??” “hah Pho kau ini, aku tadi mau bilang kalau tempat mu sudah ada yang nempati! Eh kau malah pergi gitu aja” “siapa dia?” “mana aku tahu yang jelas dia pelanggan lah! Lagian ini kan siang hari mana aku tahu kau akan kesini! Udah aku carikan tempat yang gak kalah asyik deh” “gak ach, tambah bikin gak mood aja kau ini” “yaelah, masak aku harus ngusir dia sih?!” “udah ach aku duduk diluar aja” “oke, bentar lagi pesanan siap”. Huuh pengennya rilex disini malah tambah jengkel dengan adanya orang tak dikenal yang duduk ditempatku.
Sambil mencari tempat yang enak aku perhatikan orang itu, hmm ternyata dia cowok yang cukup matang yah kira-kira berusia sekitar 27-28 tahun. Dengan wajah tampan dan penampilan rapi bersih dan kelihatan berwibawa seperti itu pasti dia keturunan orang kaya dan yang pasti tipe cowok playboy. Hah sudahlah untuk apa aku serius memperhatikan cowok yang telah merebut singgasanahku. “ini Pho kopi mw, aku buat special. hehehehe” “haah apaan sih!” “ngomong-ngomong tumben sekali kau kesini siang hari?” “lagi bosen dikantor, full gossip sekarang gara-gara ada bos baru!” “hahahaha,, kasian banget sih kamu itu klihatan pusing gitu Cuma gara-gara bos baru” “masalahnya aku jadi gak konsen ngerjain laporanku, berisik banget tahu!!” “oke deh, rilex dulu aja disini. Oke aku balik kerja lagi”. Hmm kurasa ada benarnya kata-kata bos, aku sepertinya harus cari tempat yang tenang buat selesein laporanku. Yuuhuu, sekarang aku tahu harus gimana. “bos aku balik dulu deh, nih duitnya” “lho kok cepet amat? Kopi mu?” “udah aku habisin tuh!” “kamu itu haus apa doyan sih?! Hahahaha,, okelah, kopi hari ini gratis kok” “heh gratis lagi?” “oke deh thank’z buat traktirannya. Aku cabut dulu..”. dengan semangat aku kembali lagi kekantor, aku siap nyelesein laporanku.
Kulihat teman-teman sudah kembali pada posisinya masing-masing dan dengan kesibukan masing-masing. “Pho kemana aja? Aku pikir kamu dah dikantor dari tadi?!” “hehehe, aku mampir ke kedai dulu” “dasar, ngopi kau?” “ya lah apa lagi!” “untung kau datang tepat waktu” “emangnya kenapa sih?” “peraturan baru kantor, bagi yang terlambat akan ada sanksi nya” “heh, kapan peraturan itu keluar kok baru denger ini aku?” “hari ini juga setelah jam makan siang”. Smakin ketat kurasa setelah kedatangan bos baru itu, baiklah aku harus segera selesein laporan hari ini juga!. “Pho dipanggil Pak Eko” eich apa lagi ini, mungkin mau bahas masalah laporan, Pak Eko adalah Manager yang membawahi langsung bidangku beliau juga aku anggap kayak bapak sendiri. Orang yang sangat berwibawa,tapi cukup humoris dan ramah, aku suka dengan cara kerja beliau. “permisi, bapak manggil saya?” “oh, masuk Pho” kulihat diruangan Pak Eko sudah ada satu orang laki-laki yang baru kali ini aku lihat. “duduklah, kenalkan dia ini Adid. Dia orang baru yang ada di tim kita dalam masalah tender baru yang sedang kita tangani” “hai, slamat siang. Aku Pho” “hai juga,Adid”. Aku masik heran kenapa ada anggota baru, sedangkan tim kami kurasa sudah cukup untuk menangani tender ini. “Pho, mulai saat ini laporan yang kau tangani bisa kau serahkan pada Adid dan kau konsentrasi ke hal lainnya” “maksud bapak?” “Adid yang akan mengurus laporan tender”, tunggu apa maksud semuanya ini, knapa tugasku dilimpahkan keorang lain? “tapi…” “sudah serahkan saja, dan kau bantu Adid untuk menjelaskan kondisi tender. Kau bantu dia dengan laporan yang sudah kau kerjakan”. Aku hanya bisa terdiam dan masih merasa bingung “tolong kerja samanya Pho” dia menjabat tanganku dan meninggalkan ruangan.
“Pho aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi ini keputusan bos baru kita. Adid sangat berpengalaman dalam hal ini, jadi beliau menyerahkan urusan ini pada dia” “tapi pak, selama ini tim kita ini yang begitu paham akan kemauan partner perusahaan kita ini. Pengalaman disini tidak berlaku” “aku paham, hal itu pula yang sudah aku sampaikan pada bos baru kita. Tapi….” “baik saya mengerti. Saya mohon diri dulu”. Aku keluar kantor Pak Eko dengan perasaan kecewa, merasa tidak dipercaya dengan perusahaan sendiri. Semua data dan laporan yang sudah aku kerjakan aku copy ke flasdisk dan ku serahkan langsung pada Adid. “ini data dan laporan yang kau perlukan” “trima kasih atas kerjasamanya Pho” aku hanya mengangguk dan segera pergi. Aku ingin menangis rasanya, aku pergi kekamar kecil saja dulu untuk cuci muka. “Pho kau mau kemana?” “ah Rin, mau kekamar mandi” “kau baik-baik saja?” “iya”. Dalam kamar mandi aku tak tahan untuk menangis, aku benar-benar merasa tidak dihargai. Kenapa bos baru itu tidak menunggu hasilnya dulu, knapa langsung melimpahkan kerjaan ini tanpa pemberitahuan. Smangatku jadi hilang lagi.
Hari ini aku pulang kerja lebih awal karena tidak banyak yang bisa aku lakukan dikantor hari ini, entah besok apa masik ada kerjaan juga. Aku pergi menuju kedai dan tanpa banyak bicara aku langsung duduk ditempat biasanya. “Pho, knapa?” “Mas Tian, kau ada disini rupanya” “inikan kedaiku tentu saja aku ada disini! Kau tidak pesan minuman dan langsung duduk begitu saja. Ada apa?” “minum seperti tadi siang aja, aku pengen sendiri mas” “oke lah”. Tak lama kopi pesananku ada diatas meja dan tanpa basa-basi aku langsung meminumnya dengan segera tapi air mataku pun juga ikut menetes. Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangannya dihadapanku, ku lihat siapa yang menyodorkan saputangan itu dan ternyata laki-laki yang tadi siang menempati singgasanahku!!. “ambillah..” aku masik bingung dan tetap diam terpaku melihatnya “ach lama sekali, cepat ambil” dengan memaksa dia letakkan saputangan itu ditanganku dan pergi begitu saja. Segera aku menyeka air mataku dan menenangkan diri, aku putuskan untuk menemui laki-laki itu yang sedari tadi ternyata duduk disudut ruangan persis didepan mejaku. “hmm permisi, boleh aku duduk disini?” dia hanya memandang tajam kearah ku “ada apa?” sial ketus banget nih orang, bikin tengsin aja ich. “hmm aku Cuma mau bilang makasih buat sapu tangannya” “iya” tanpa memandangku dia menjawab dengan ketus dan tetap asik dengan laptonya, “aku akan mencuci dan mengembalikannya segera. Aku permisi”. Haaah… sial banget! Harusnya aku tidak menghampirinya, ketus banget tuh orang. Dengan segera aku meninggalkan kedai dan pulang untuk mencuci saputangan ini supaya aku bisa segera mengembalikannya pada pemiliknya yang judes itu!!. Sebel… kenapa hari ini semuanya menjengkelkan..!!
Esok hari ditempat kerja Pak Eko sudah berdiri didepan mejaku, “Pak Eko, selamat pagi pak. Ada apa pagi-pagi sudah ada disini?” “ada yang harus aku bicarakan, ikut ke kantor!” “baik pak” dalam hati aku bertanya masalah apa yang akan menimpaku lagi hari ini. “Pho, aku ingin kau tetap mengerjakan laporan tender itu!” “maksud bapak?” “aku sudah memikirkan ucapanmu kemarin dan aku rasa kau ada benarnya pengalaman tidak berlaku disini. Aku ingin kau tetap mengerjakannya, karena aku pikir kau paham dengan partner perusahaan dan mereka menyukai kerjamu” “tapi untuk presentasi tetap Adid, jadi percuma Pak kalau…” “sudah kau kerjakan saja apa yang menjadi tanggung jawab mu yang lain jangan kau pikirkan!!” “baik..!!”. aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi aku cukup senang dengan keputusan Pak Eko. Oke aku akan segera menyelesaikannya, karena 2 hari lagi presentasi.
Dengan penuh semangat dan konsentrasi penuh aku kerjakan laporan dan tak memperdulikan teman-teman karyawan lainnya yang menggossip lagi tentang bos muda itu, aku tidak perduli dengan bos muda yang dengan tega menggantikan tugasku seenaknya. Jam makan siang telah tiba dengan semangat aku pergi makan dengan membawa laptop ku. “Pho mau kemana? Buru-buru sekali” “ada yang harus aku selesaikan. Aku pergi dulu Rin!”. Aku pergi menuju kedai kopi, kurasa disana adalah tempat yang pas untuk menyelesaikan laporan ini. seperti biasa aku langsung menuju tempatku berada dan semangatku langsung buyar ketika kulihat lelaki kemarin sudah duduk dengan manisnya ditempatku. Aku sudah tidak sabar, langsung aku menemuinya “maaf permisi, ini tempat ku” dia menoleh dan tanpa ekspresi menjawab “tapi aku duduk duluan” “tapi aku yang pesan” dia langsung menghentikan kegiatan dengan laptopnya dan menatapku tajam, sebelum dia berkata Lani telah ada dibelakangku “ach Pho….” “Mbak, ini adalah tempatku kenapa….” “sejak kapan kau memesan meja ini?” laki-laki itu memotong pebicaraanku dengan seenaknya “denger ya, tanpa memesanpun semuanya juga tahu ini adalah tempatku” “kedai ini milik mu juga?” “kau…” “ach sudah-sudah, mmm gini Pho kau bisa memilih tempat lagi mungkin?” aku terkejut melihat Lani malah membelanya dan laki-laki itu dengan sombongnya tersenyum tipis “nggak makasih, aku tetep duduk disini. Toh kursinya juga cukup!” apa yang akan dikatakan laki-laki ketus ini setelah aku dengan nekat akan duduk didepannya, aku yakin dia akan pindah dengan sendirinya. “oke, terserah kalau gitu” dengan tenang dia duduk kembali dan mulai asik kembali dengan lapotopnya. Sial banget cowok ini, jengkelin banget! Dengan perasaan jengkel aku pun duduk didepannya “aku pesan es late cream dan roti daging” “hmmm Pho kau…” “udah buruan” “oke kalau gitu”.
Dengan perasaan jengkel aku membuka laptop dan mulai mengerjakan laporan ini, aku tidak ingin kerjaan ku kacau gara-gara cowok sialan ini. ach iya saputangannya untung aku bawa juga “ini saputangan mu, makasih” tanpa berbicara sepatah katapun dia mengambil saputangan itu, huuuucft bener-bener jengkelin banget nih orang. Oke aku kembali konsentrasi pada laporan ku, untung udah dapet ½ jalan jadi gak terlalu berat nyeleseinnya. Pesanan ku datang, hmmm mencium bau kopi dan roti panggang isi daging ini membuat nafsu makanku naik. Kuhentikan sejenak kerjaanku dan aku mulai menikmati pesananku yang telah menggugah selera dari tadi. Mendadak selera makanku terganggu dengan tatapan laki-laki didepanku ini, “ada apa?” “hmm sory, apakah enak?” dia ini ngomong apaan sih “apanya?” “kopi mu… apa enak?” aku masih bingung dengan maksud pertanyaannya “kalau pengen tahu pesan sendiri aja!”. Aku kembali menikmati makan siangku dan kulihat laki-laki itu tetap menatap kopiku, kulihat pesanan laki-laki itu ternyata bukan kopi mungkin hal itu yang membuat dia bertanya tentang kopi ku, ach bodoh sebaiknya segera aku selesaikan makan siang dan laporanku. Sebelum aku pergi dari kedai laki-laki itu memanggilku “hmmm tunggu…” aku menoleh dengan perasaan tak enak “aku mau minta maaf” aich apa yang dia katakan? Ternyata orang judes bisa melo juga “maaf buat apa?” “hmm semuanya” “kenapa tiba-tiba begitu?” “ach bukan gitu, aku hanya merasa sikapku mungkin sudah keterlaluan” “baguslah kalau kau sadar, aku maafkan”. Mendadak tatapan tajam itu berubah menjadi tatapan lembut dan dia tersenyum manis padaku “nama ku Davi” dia menjulurkan tangannya kepadaku “Pho…” “Pho?” “hmm Phopy, tapi panggil Pho aja” “oke Pho, maaf ya” “hmm iya, aku pergi dulu”. Dalam perjalanan kekantor aku masik bingung kenapa orang tadi mendadak 180ยบ gitu sikapnya, ach sudahlah itu lebih baik dari pada sikap ketusnya tadi toh dia kelihatan lebih tampan kalau tersenyum. Aic kenapa aku jadi keingat sih…!
Sesampai di kantor aku langsung menuju ruangan Pak Eko “permisi Pak” “oh, masuk Pho. Iya ada apa?” “tentang laporan itu pak, saya sudah menyelesaikannya” “oh benarkah? Bagus, aku tahu aku bisa mempercayai mu. Oke aku mau lihat dulu soalnya sebelum lusa presentasi didepan partner kita, besok pagi harus dilaporkan ke bos baru kita itu” “laporan ke bos baru?” “iya, kenapa?” “bukannya yang akan dilaporkan itu laporan hasil dari Adid?” “iya, tadi aku sudah ngecek laporannya, Tapi gak maksimal menurutku. Jadi besok laporan ini mungkin yang akan aku sodorkan. Kenapa kok sepertinya gak senang gitu?” “hmmm bolehkah besok saya ikut dan saya sendiri yang akan melaporkan pada bos baru itu pak?” “kenapa?” “saya ingin tahu bos baru itu dan menunjukkan bahwa saya mampu mengatasi tender ini!!” “hahahaha,, sepertinya kau sedikit dendam dengan bos baru itu. Tapi melihat mu bersemangat seperti ini aku setuju kalau kau yang presentasi didepan bos baru. Aku serahkan pada mu” “baik pak, terimakasih!”. Aku benar-benar semangat untuk esok hari, aku ingin tahu apa yang nanti dia katakan setelah melihat presentasiku.
Sore hari ini aku pergi kekedai lagi “hai semuanya… bos aku pesen ice milk cappocino cream dunk” “waaah ceria sekali, ada apa nih?” “gak ada, aku Cuma lagi happy aja. Mang gak boleh?!” dari belakang Tian menepuk punggung ku “bukan tidak boleh, tapi aku denger kejadian dikedai ini tadi siang” “oh soal itu aku minta maaf ya Mas, aku tadi emosi.. maafin ya ya ya ya…” “hah dasar kau ini Pho..” “oh ya, aku lupa ngucapin makasih buat traktiran kemarin-kemarin. Thank’s yah kopi ku gratis 2 hari berturut-turut. Oke aku tunggu pesananku, cepet yah”. “Peng traktiran apa maksud Pho?” “hehehehe,, entahlah”.
Saat ini aku senang sekali dan tak sabar menunggu hari esok, ku buka laptopku dan kuperiksa lagi hasil kerjaanku lagi. “Pho ini pesanan mu, ada lagi?” “hmm nggak deh, ntar aja. Thank’s” “oke”. Kuperiksa satu persatu dan perkata dari laporanku, aku tidak ingin ada yang salah dalam laporan ini untuk esok. Hahahaha aneh sekali, rasanya aku lebih memperdulikan presentasi esok di depan bos baru itu ketimbang di depan partner perusahaan. “boleh aku bergabung?” hah cowok tadi siang kesini juga, “oh silahkan mas….” “Davi” “ah iya, Mas Davi”. Dia duduk tepat didepan ku, aneh rasanya kami duduk seperti ini tanpa memperbincangkan sesuatu pada hal sebelumnya asyiek-asyiek aja. Duwh ngomong donk mas… “hmm Pho…?” huuh mendadak manggil aku jadi kaget “hmm iy..iya mas?” “kau senang sekali dengan kopi ya?” “hmm?” “hmm maksudku, aku sering sekali melihatmu disini jadi kupikir kau pasti suka sekali dengan kopi” “iya, aku suka. Baunya, rasanya, semuanya dari kopi aku suka. Mas sendiri pasti juga suka kan buktinya mas tahu aku sering kesini jadi mas juga sering kesini untuk menikmati kopi?!” “hmm nggak juga, aku sering kesini tapi bukan untuk menikmati kopi” “maksudnya?” “aku tidak bisa minum kopi” “kenapa?” “masalah lambung” “oh gitu… trus kesini untuk…..?” “aku suka suasana disini, aku belom lama ini baru pindah ke kota ini. pertama kali aku lihat kedai ini kurasa biasa aja, sampai suatu hari……” Mas Davi mendadak diam kehilangan kata-katanya “suatu hari apa Mas?” “ah nggak, gak papa. Kau sendiri kelihatannya sedang asyiek, lagi apa sih?” aku tahu dia sedang mengalihkan pembicaraan dan aku tidak tahu kenapa. “oh aku lagi ngecek kerjaan buat presentasi besok di depan bos ku yang jahat!!” “bos jahat?” “huuh yah gitulah mas, dikantorku ada bos baru. Bagiku dia orang yang kejam soalnya dengan seenaknya dia melimpahkan pekerjaan ku pada orang lain tanpa sebab dan pemberitahuan” “benarkah?” “hu uh, mangkanya aku harus nyiapin diri buat present besok. Supaya dia tahu bahwa aku tidak sebodoh pikirannya” “hahahahahaha,, Pho kau ini lucu sekali ternyata” sekilas aku terkesima dengan tawanya, Mas Davi sangat tampan dan hangat. “ah sory Pho apa ketawaku keterlaluan?” “nggak mas, Cuma… kenapa tertawa?” huh mendadak grogi deh “hehehe, nggak. Kau ini ceritanya mau melawan bos yah?!” “hmm kurang lebih seperti itu. hehehehe”. Kami berdua terlibat obrolan ringan, tapi bagiku perbincangan kami kali ini sangat menyenangkan!.
“Mas aku harus segera pulang” “hmm iya, mau siap-siap buat pertempuran esok ya?” “hehehehe, yah begitulah. Aku duluan mas, samapai ketemu lagi” “hmm oke, ati-ati”. Sampai dirumah aku masih keingat senyuman Mas Davi, dia benar-benar tampan. Aneh kenapa aku sekarang menyukainya, padahal awalnya kan aku sangat benci dengan sifat ketusnya itu. Hmm entahlah, aneh atau gak yang jelas saat ini aku merasa senang, senang karena kerjaan ku dan senang karena Mas Davi.
Pagi ini aku berangkat ke kantor pagi-pagi dengan penuh semangat dengan segera aku menuju ruangan Pak Eko “ach Pho sudah datang, semangat sekali?!” “hmm tentu saja Pak” “hahahaha,, oke-oke, Duduk dulu”. Tak berselang lama sekretaris Pak Eko masuk “Pak beliau sudah datang” “oke makasih. Pho ayo, bos kita sudah datang” “baik Pak” aku deg-degan karena merasa girang. “permisi..” pak eko mengetuk pintu bos baru itu “masuk” eh suara ini sepertinya aku kenal, aku masuk ruangan bos baru itu dan betapa terkejutnya aku siapa bos baru itu “MAS DAVI….?!”.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat “Pho kau kenal dengan Pak Davi?” aku tidak bias berkata apa-apa dan hanya melihat tak percaya kea rah Mas Davi. “Pho kau…..” aku rasa Mas Davi pun juga sama terkejutnya dengan ku, bos yang selama ini tidak aku sukai ternyata Mas Davi!! Aku benar-benar tidak percaya, kenapa harus Mas Davi. “silahkan duduk” Mas Davi mempersilahkan kami duduk, aku tahu dia masih terkejut tapi dia dapat mengontrol suaranya dengan baik. “baik Pak Davi, ini Pho yang selama ini menangani tender, dan seperti yang telah saya katakana kemarin bahwa tim kami tetap menggunakan Pho dalam pengerjaan tender ini. untuk itu saya meminta Pho untuk tetap mengerjakan laporan ini meskipun keputusan Bapak sudah dilimpahkan ke Adid. Pho kamu bias memulainya..!” aku jadi tidak yakin apa aku bias presentasi di depan Mas Davi dengan kondisi seperti ini, kenapa semuanya jadi seperti ini sih.. “Pho…? Kau bias memulai” “oh ba..baik pak”. Ku ambil nafas dalam-dalam dan aku mulai dengan presentasiku, cukup dengan waktu 10 menit aku menyelesaikan presentasiku. “bagus” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Mas Davi, dan kami berdua pergi meninggalkan ruangan itu. “presentasi yang bagus Pho” aku hanya bias tersenyum, “kau sepertinya sudah lama kenal dengan Pak Davi?” “nggak juga pak, aku baru mengenalnya” “hah kenapa jadi lesu seperti itu? Tenang saja aku yakin laporan mu diterima, kerja yang bagus”. Badanku masih terasa lemas, aku tidak yakin laporanku akan diterima setelah aku menghina dia semalam. Apa yang harus aku lakukan saat ini…??!.
Jam makan siang aku langsung menuju kedai dan menceritakan semuanya pada bos dan juga Lani dan Tian “Hahahahaha,, Pho Pho malang sekali kau ini. terus gimana donk?!” “ach kenapa malah pada ketawain sih, aku gak tahu harus gimana. Sepertinya aku malah akan dipecat. Kalian tahu gak rasanya campur aduk antara malu,kaget,benci,senang… ach gak tahu deh” “mati donk Pho… hahahaha” “jangan gitu donk, aku kan belom nikah aku juga masih muda” “yah kau juga masih belom dapat pacar juga diusia mu sekarang” “yah,lengkap sudah penderitaan ku! Aku harus gimana…” teman-teman tak bersuara dan hanya tersenyum melihatku “kenapa hanya tersenyum sih kalian? Gimana kalau aku sampek dipecat?”. “siapa yang akan memecat mu?” aku kaget mendengar suara ini karena aku kenal betul dengan suara ini, yah tidak lain dan tidak bukan ini suara Mas Davi. Dengan berat aku menoleh kearahnya “siapa yang akan memecat mu? Bos jahat mu itu kah?” aku Cuma bias tersenyum kecut mendengarnya, mendadak Lani,Tian dan bos pergi dari tempatku. “siapa Pho yang akan memecat mu?” “maafkan saya pak, saya gak bermaksud menghina bapak! Hanya saja kemarin saya….” “ach Pho kenapa kau jadi tidak seperti dirimu biasanya?” aku lihat Mas Davi tersenyum “Mas gak marah?” “nggak, aku hanya kaget. Hahahaha, ternyata dunia ini sempit yah. Maaf ya Pho kalau aku menjadi bos yang jahat buat mu” “nggak pak,saya..” “kenapa sekarang jadi panggil pak?! Ayolah Pho, panggil aku seperti biasanya” Mas Davi masih tersenyum “aku suka dengan laporan yang kau buat, bagus dan sempurna. Maaf kalau sebagai bos aku tidak mempercayaimu. Presentasi besok aku serahkan pada mu” “benarkah?” “tentu saja, ayo tersenyumlah. Karena aku suka senyummu, aku suka melihatmu tersenyum ketika meminum kopi, aku suka melihat mu tersenyum puas ketika merasakan berbagai rasa kopi ini, aku suka melihat mu tersenyum ketika kau meninggalkan kedai ini. aku suka senyum dan semangat mu!!”. Tunggu kenapa Mas Davi berkata seperti itu “knapa Mas begitu tahu tentang ku…?” “karena sudah lama aku memperhatikan mu dikedai ini, aku mulai tertarik ke kedai ini setelah melihat mu dengan wajah penuh semangat meminum kopi dan tersenyum puas karenanya” “sejak kapan..?” “aku tidak terlalu ingat, yang jelas ketika itu hujan turun dengan deras dan kulihat bajumu basah tapi kau tetap merasa hangat hanya dengan meminum kopi mu. Apa kau ingat?” aku berusaha mengingat kejadian itu. “ach itu kan ketika aku pulang dari kantor dan keujanan. Hari dimana aku pertama kali dipercaya memegang tender perusahaan, itu sekitar 3 bulan yang lalu”. “hmm iya” “apa sejak itu kau sering kesini?” “yah, aku ingin melihat senyum itu lagi. Meskipun aku tidak bisa merasakan kopi, aku bisa tahu pahit manisnya kopi hanya dari senyumanmu” Mas Davi aku semakin tidak percaya dengan apa yang aku dengar dan aku alami hari ini.
Aku terdiam melihat Mas Davi “Pho aku suka kamu….” “tapi aku….” Aku merasa tidak pantas dengan Mas Davi, aku memang mulai tertarik dengannya tapi kalau sadar dia adalah bosku aku jadi merasa tidak enak. “apa kau tidak menyukaiku?” “bukan gitu hanya saja….” “apa karena aku bos mu?” aku terdiam. “Pho aku tahu kau gadis yang pintar, aku tahu kau bias menempatkan diri mu..” “aku….” “hmm tak apa aku mengerti. Baiklah aku kembali kekantor dulu”. Ingin rasanya memegang tangan itu dan mengatakan jangan pergi tapi aku hanya bias berdiri terdiam dan menangis melihat dia meninggalkan kedai ini. “Pho apa kau akan tetap diam saja melihat dia pergi? Sebenarnya dia sudah lama memperhatikan mu, selama ini dia lah yang mentraktir kopi-kopi mu itu” “bos apa maksud mu?” “dia sudah lama menyukai mu, tapi dia hanya bias melihatmu dari kejauhan karena dia malu untuk memulai bicara dengan mu. Mangkanya ketika pertama kali kalian bicara dia agak ketus itu karena untuk menutupi perasaan senangnya pada mu” semua yang aku dengar rasanya tidak masuk akal tapi aku ingin berlari kearahnya. Dengan sadar aku berlari mengejar Mas Davi, dia pergi kemana? Kenapa aku tidak sampai padanya? Aku sudah tidak kuat untuk berlari lagi, entah sudah sejauh apa aku berlari “Pho…” aku menoleh kearah yang memanggilku “Mas Davi? Kenapa?” “aku tahu kau akan mengejarku, mangkanya aku tidak kembali kekantor, aku menunggumu didepan kedai dari tadi” “aku..aku..” Mas Davi menghampiriku dan memelukku “Mas…” “teruslah tersenyum hanya untukku Pho”. Aku tidak tahu dari mana asalnya perasaan cinta ini muncul, yang jelas aku sangat menyukai Mas Davi dan untungnya begitu juga sebaliknya.
Yah aku rasa perasaan kami dimulai dari kopi, sekarang aku tahu kisah cintaku akan sepahit dan semanis kopi yang biasa aku minum. Hehehehe…
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar